Skip to main content

Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera Lengkap

Menurut catatan Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) dikatakan bahwa di Sumatra, terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka dari pesisir barat Sumatra terdapat terdapat banyak kerajaan Islam, baik yang besar maupun yang kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Aceh, Biar dan Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongkol, Inderagiri, Jambi, tersebut menurut Tome Pieres ada yang sedang mengalami pertumbuhan, ada pula yang sedang mengalami perkembangan, dan ada pula yang sedang mengalami keruntuhan.

Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera Lengkap


1. Kerajaan Perlak

# Lokasi Kerajaan

Letak Kerajaan Perlak yaitu di wilayah Perlak, Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam. Wilayah tersebut berada di pesisir timur dan sebelah utara Pulau Sumatra. Kerajaan Perlak berdiri sekitar tahun 840 Masehi. Nama Kerajaan Perlak bila dibandingkan dengan Kerajaan Samudera Pasai kurang begitu dikenal di Nusantara. Namun tidak halnya di Eropa, Kerajaan Perlak dikenal berkat kunjungan Marcopolo pada tahun 1293.

# Sumber Sejarah

Sumber-sumber sejarah mengenai Kerajaan Perlak sebagai berikut:
  • Kitab Idharul Haqq karangan Abu Ishak Makarani al-Fasy dan kitab Tazkirah Thobat Jumu Sultan as-Salathin karangan Syekh Syamsul Bakhri Abdullah al-Asyi. Kedua kitab tersebut disalin oleh Said Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin atas perintah Sultan Alaiddin Mansyur Syah pada tahun 1275 H. Secara garis besar isi kedua kitab menyatakan bahwa Aceh pernah berdiri Kerajaan Islam yang bernama Perlak.
  • Silsilah raja-raja Perlak dan Pasai yang ditulis oleh Saiyid Abdullah Ibn Said Habib Saifuddin.
  • Berita Marcopolo. Pada waktu pulang dari Cina, Marcopolo singgah di negeri yang disebut ferlec yang sudah memeluk Islam.

# Kehidupan Politik

Sebelum berdiri Kerajaan Perlek sebenarnya di wilayah Perlek telah berdiri suatu pemerintahan Buddha yang rajanya merupakan keturunan Maharaja Pho Hela, seorang putra raja Siam. Perubahan dari suatu pemerintahan Buddha menjadi kerajaan Islam dimulai pada tahun 173 H (800 M) pada waktu sebuah kapal dagang saudagar Islam dari Teluk Kembey (Gujarat) merapat di Bandar Perlak.

Rombongan dipimpin oleh Nahkoda Khalifah. Adapun tujuan saudagar Islam tersebut untuk berdagang sekaligus menyebarkan berita Islam. Dalam perkembangan selanjutnya dalam waktu kurang dari setengah abad, raja dan rakyatnya telah menganut agama Islam. Nahkoda Khalifah menikahkan anak buah kepercayaannya (Ali bin Muhammad bin Ja'far Shadiq) dengan adik Syahir Wuwi (pemimpin pemerintahan Perlak) yang bernama Makhmud Tansyuri. 

Dari pernikahan tersebut lahirlah Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah yang kelak akan menjadi sultan pertama Kerajaan Perlak. 

Berikut ini dua dinasti yang pernah memerintah di Kerajaan Perlak.

[1]. Dinasti Saiyid Maulana
  • Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (8404-864 M), Alaiddin Saiyid adalah pendiri Kerajaan Perlak dan pendiri dinasti Saiyid Maulana. Pada masa pemerintahannya, Alaiddin Saiyid berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Hal tersebut tidak terlepas dari dukungan tanah yang subur dan perdagangan yang maju. Salah satu tempat yang terkenal di Kerajaan Perlak adalah Bandar Khalifah yang dahulu bernama Bandar Perlak. Maksud terjadinya perubahan nama tersebut adalah untuk menghormati jasa-jasa Nakhoda Khalifah.
  • Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Rahim Syah (864-888 M).
  • Alaiddin Saiyid Maulana Abbas Syah (888-913 M), pada masa pemerintahan Maulana Abbas Syah ini aliran Suni mulai masuk ke Kesultanan Perlak. Setelah Maulana Abbas Syah meninggal, terjadi perang saudara di wilayah kerajaan antara kaum syiah dan suni. Adanya perang saudara tersebut menyebabkan kekosongan pemerintahan. Dalam perang saudara tersebut kelompok suni memenangkan perang (915 M). Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah.
  • Alaiddin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 M), pada waktu pemerintahan Maulana Ali Mughayat Syah berakhir, kembali terjadi perang saudara antara syiah dan suni. Dalam perang saudara ini dimenangkan oleh kelompok suni. Dengan kekalahan tersebut maka dinasti Saiyid Maulana diganti dengan dinasti Makhdum Johan.
[2]. Dinasti Makhdum Johan
Dinasti Makhdum Johan merupakan keturunan dari Meurah Perlak asli (Syahir Wuwi).
  • Makhdum Alaidin Malik Abdul Johan Kadir Syah Johan Berdaulat (306-310 H/918-922 M).
  • Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat (310-334 H/922-946 M).
  • Makhdum Alaidin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat (334-361 H/946-973 M), pada masa pemerintahan Makhdum Alaidin Abdul Malik Syah Johan Berdaula ini terjadi pemberontahakan yang dilakukan oleh golongan syiah. Pemberontakan tersebut dapat diakhiri dengan perdamaian dan Kerajaan Perlak sepakat dibagi menjadi dua sebagai berikut Perlak pesisir (syiah) dipimpin oleh Alaiddin Saiyid Maulana Mahmud Syah (976-988 M) dan Perlak pedalaman (suni) dipimpin oleh Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (976-1012 M).
Pada tahun 988 M Kerajaan Perlak mendapat serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Dalam pertempuran tersebut Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Mahmud Syah meninggal. Adanya perang itulah yang menyebabkan kembali menyatukan Kerajaan Perlak menjadi kerajaan yang utuh. Setelah Kerajaan Perlak bersatu, Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (tadinya berkuasa hanya di Perlak pedalaman) ditetapkan sebagai Raja Perlak yang ke-8.

Setelah Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat, raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Perlak adalah sebagai berikut.
  • Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (1012-1059 M).
  • Makhdum Alaiddin Malik Mansyur Syah Johan Berdaulat (1059-1078 M).
  • Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat (1078-1108 M).
  • Makhdum Alaiddin Malik Ahmada Syah Johan Berdaulat (1108-1134 M).
  • Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah II Johan Berdaulat (1134-1158 M).
  • Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (1158-1170 M).
  • Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat (1170-1196 M).
  • Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (1225-1263 M).
  • Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (1263-1292 M), ini merupakan raja terakhir Kerajaan perlak.

# Kehidupan Sosial Ekonomi

Kerajaan Perlak memiliki letak yang strategis. Dengan letak yang strategis tersebut maka kapal-kapal perniagaan yang melintas Selat Malaka hampir dipastikan singgah atau bahkan melakukan perdagangan di Kerajaan Perlak. Dari adanya hubungan itulah maka dapat diketahui kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan Perlak.


2. Kerajaan Samudera Pasai

Samudera Pasai merupakan Kerajaan pertama di Indonesia yang di dirikan oleh Nazimuddin al-Kamil, di adalah seorang laksamana yang berasal dari Mesir, raja pertama kerajaan ini yaitu Marah Situ yang memiliki gelar as-Saleh ia menikah dengan putri raja Perlak yaitu Ganggang Sari, untuk lebih jelasnya silahkan simak artikel tentang sejarah Kerajaan Samudera Pasai.


3. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh merupakan kerajaan yang berkembang pesat pada waktu itu, perkembangan tersebut karena letak Kerajaan Aceh sangat strategis berdekatan dengan jalur perdagangan internasional. Tetapi, perkembangan pesat tersebut juga mengalami kemunduran hal ini disebabkan oleh banyak faktor, untuk lebih lengkapnya silahkan baca di artikel Sejarah Kerajaan Islam di Aceh.


4. Kerajaan Kampar

Dimanakah letak Kerajaan Kampar? kerajaan ini terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Barang dagangan yang dihasilkan dari Kerajaan Kampar berupa emas, lilin, madu, biji-bijian, dan kayu gaharu. Raja-raja yang diketahui memerintah di Kerajaan Kampar adalah Sultan Abdullah, Maharaja Dinda I, dan Maharaja Dinda II.

Pada tahun 1725 pada masa pemerintahan Maharaja Dinda II, ibu kota Kerajaan Kampar dipindahkan ke Pelalawan dan mengubah nama Kerajaan Kampar menjadi Kerajaan Pelalawan. Kerajaan Pelalawan pada tahun 1879 tunduk kepada Kerajaan Siak.


5. Kerajaan Inderagiri

Dimanakah letak Kerajaan Inderagiri? kerajaan ini terletak di Kabupaten Inderagiri Hilir dan Kabupaten Inderagiri Hulu, Riau. Barang dagang yang dihasilkan Kerajaan Inderagiri seperti lilin, madu, biji-bijian, dan kayu gaharu. Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Inderagiri yaitu Sultan Abdul Jalil Syah (Sultan Inderagiri I), Sultan Hasan Salahuddin Keramat Syah, dan Sultan Ibrahim (Raja Inderagiri XVII). Adanya Tractat van Vrede Vriendschap pada tanggal 27 September 1838 antara Inderagiri dan Belanda menyebabkan kekuasaan.


6. Kerajaan Islam Jambi

Dimanakah letak Kerajaan Islam Jambi? kerajaan ini terletak di pinggir sungai Batanghari, kota Jambi. Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Islam Jambi antara lain Datuk Paduka Berhala beserta Putri Pinang Masak (1460 M). Orang Kayo (1480 M), Orang Kayo Pedataran (1490 M), Orang Kayo Hitam (1500 M), Panembahan Rantau Kapas(1500 M), Panembahan Rengas Pandak (1540 M), Panembahan Kota Baru (1590 M), dan Pangeran Keda (1615 M). Pada masa pemerintahan Pangeran Keda VOC datang menginginkan lada. 


7. Kesultanan Palembang

Diperkirakan Sultan Palembang mulai berdiri sejak abad ke-17. Letak kekuasaan Kesultanan Palembang berada di kota Palembang, Sumatra Selatan. Raja pertama Kesultanan Palembang adalah Susuhunan Sultan Abdurrahman Khalifah al-Mukminin Sayidil Iman atau dikenal pula dengan nama Pangeran Kusumo Abdurrahim dan Kiai Mas Endi (1659-1706 M).

Adapun Sultan Palembang yang terkahir adalah Pangeran Kromojoyo atau Raden Abdul Azim Probolinggo (1823-1825 M). Pada tahun 1516 M, Menurut sejarah Banten Kesultanan Palembang pernah diserang oleh Kerajaan Banten. Latar belakang penyerangan tersebut adalah masalah ekonomi.


8. Kerajaan Minangkabau

Diperkirakan wilayah kekuasaan Minangkabau meliputi wilayah Sumatra Barat. Menurut Tome Pires, di Kerajaan Minangkabau ada tiga raja, yaitu raja adat untuk adat, raja ibadat untuk keagamaan, dan raja alam untuk urusan sehari-hari. Kerajaan Minangkabau menghasilkan barang-barang perdagangan seperti emas, sutra, damar, lilin, madu, kampar, dan kapur barus.

Pada abad ke-6 sampai ke-9 kehidupan di daerah Minangkabau antara kaum adat dan kaum ulama (padri) terlihat damai. Namun dalam perkembangan selanjutnya kehidupan masyarakat Minangkabau dan para pembesarnya mulai melakukan kebiasaan buruk.

Adanya kehidupan seperti itu membuat kaum padri mengutuk dan mengancam Sultan Alam Muning Syah (sultan Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyung). Dalam suatu pertemuan, tiba-tiba memanas dan terjadi pertempuran dan pihak kerajaan mengalami kekalahan. Kekalahan pihak kerajaan tersebut dimanfaatkan oleh Belanda untuk berpura-pura menawarkan Bantuan pada pihak kerajaan.

Dengan masuknya pengaruh Belanda tersebut, raja kerajaan diganti dengan Sultan Alam Banggar Syah (raja kecil di Tanah Datar). Dari tahun 1821-1838 terus terjadi peperangan. Pada tahun 1837 salah seorang pemimpin padri (Tuanku Imam Bonjol) ditangkap dan dibuang ke Cianjur, kemudian ke Minahasa. Dengan tertengkapnya Tuanku Imam Bonjol, daerah Minangkabau menjadi bagian dari Hindia Belanda.



Demikian artikel tentang sejarah Kerajaan Islam di Sumatera ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar