Sejarah Kerajaan Islam di Kalimantan
Ditulis pada: 8/19/2016
Kerajaan Islam di Kalimantan ada 3 kerajaan yaitu kerajaan Banjar (Banjarmasin) Kerajaan Kertanegara ing Martadipura dan Kerajaan Pontianak, silahkan simak baik-baik penjelasannya di bawah ini yang akan saya jelaskan mulai dari letak kerajaan, sumber sejarah, dan kehidupan politik pada masa kerajaan-kerajaan tersebut.
1. Kerajaan Banjar (Banjarmasin)
Letak Kerajaan
Kerajaan Banjarmasin terletak di daerah Kalimantan Selatan, pusatnya di daerah hulu Sungai Nagara di Amuntai. Diperkirakan Kerajaan Banjar berdiri pada pertengahan abad ke-16.
Sumber Sejarah
- Hikayat Banjar dan kronik Banjarmasin, menceritakan tentang kehidupan di Kerajaan Banjar.
- Negarakertagama, menceritakan mengenai hubungan Kerajaan Daha sebagai kerajaan sebelum Kerajaan Banjar dengan Majapahit.
Kehidupan Politik
Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Banjar.
- Sultan Suryanullah atau Raden Samudra (1520-1546 M) merupakan raja Banjar pertama, pada masa pemerintahannya ia meluaskan kekuasaan Kerajaan Banjar sampai ke Sambas, Batanglawi, Sukadana, Kotawaringin, Sampit, Madawi, dan Sambangan.
- Sultan Rahmatullah (1546-1570 M) adalah anak tertua Sultan Suryanullah, pada masa pemerintahan Sultan ini, Sultan Rahmatullah masih membayar upeti kepada Demak yang pada saat itu sudah menjadi Kerajaan Pajang.
- Sultan Hidayatullah (1570-1595 M) adalah anak Sultan Rahmatullah, pada masa pemerintahannya didampingi oleh Patih Kiai Anggadipa.
- Sultan Mahrum Panembahan dan Sultan Mustain Billah (1595-1641 M) pada masa pemerintahannya, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Amuntai. Nama Sultan Mustain sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan disekitarnya. Sultan Mahrum mempunyai 50.000 prajurit, sehingga dengan kekuatannya tersebut, Kerajaan Banjar dapat membendung pengaruh Mataram dan dapat menguasai kerajaan-kerajaan yang ada di Kalimantan Tenggara. Akibat terbunuhnya pengusaha Belanda (Gillis Michielse-Zoon), pada tanggal 7 Juni 1906 terjadi perselisihan antara Kerajaan Banjar dan Belanda. Belanda menyerang Banjar dan Sultan Mustain memindahkan pusat kerajaan ke Kayu Tangi.
- Sultan Adam (1825-1857 M) pada masa pemerintahannya terjadi perselisihan baik kalangan intern kerajaan maupun dengan pihak Belanda dan Inggris. Sejak Sultan Adam wafat, Belanda selalu mencampuri urusan kerajaan. Pergantian kekuasaan banyak ditentukan oleh Belanda. Hal tersebut menimbulkan pertentangan antara anggota keluarga kerajaan serta keresahan diantara para tokoh dan masyarakat Banjar sehingga timbullah berbagai perlawanan terhadap Belanda. Antara tahun 1859-1863 merupakan puncak perjuangan Banjar. Dari perlawanan tersebut muncul tokoh-tokoh perlawanan seperti Pangeran Antasari, Pangeran Demang Leman, dan Haji Nasrun.
2. Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura
Letak Kerajaan
Letak Kerajaan Kutai Kartanegara di daerah Tenggarong, Kalimantan Timur. Pada awalnya kerajaan ini adalah kerajaan Hindu yang diperkirakan berdiri pada abad ke-14 dan pada abad ke-16 berganti bercorak Islam.
Sumber Sejarah
- Hikayat Kutai, menceritakan tentang riwayat Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
- Negarakertagama, dalam kitab ini disebutkan hubungan antara Majapahit dan Kutai Kartanegara.
Kehidupan Politik
Berikut raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
- Raja Mahkota (1525-1600 M).
- Sultan Aji Muhammad Muslihuddin (1739-1782 M).
- Sultan Aji Muhammad Slehuddin (1782-1845 M).
- Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1854-1899 M).
3. Kerajaan Pontianak
Letak Kerajaan
Letak Kerajaan Pontianak terletak di Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Kehidupan Politik
- Syarif Abdurrahman Alqadrie (1771-1808 M) merupakan pendiri kerajaan Pontianak yang didirikan pada tahun 1771. Syarif Abdurrahman Alqadrie adalah putra Sayid Habib Husein Alqadrie (pendakwah dan Hadramaut). Habib Husein adalah tokoh yang sangat dihormati di Kalimantan Barat khususnya di Sukadana. Setelah meninggal ketokohan beliauditurunkan kepada Syarif Abdurrahman Alqadrie. Bersama dengan masyarakat yang menjunjungnya, Syarif Abdurrahman berpindah ke suatu tempat yang kemudian disebut Pontianak. Di Pontianak inilah Syarif Abdurrahman Alqadrie mendirikan keraton dan masjid agung.
- Syarif Kasim Alqadrie (1808-1891 M) pengangkatannya tidak terlepas dari campur tangan Belanda. Sebelum meninggal Syarif Abdurrahman telah menetapkan anaknya (Syarif Usman) sebagai penerusnya. Syarif Kasim diangkat dengan kesepakatan bahwa ia hanya menjabat selama 10 tahun. Namun Kenyataannya Syarif Kasim berkuasa sampai meninggal. Pada masa kekuasaannya Syarif Kasim mengizinkan Belanda untuk mendirikan Benteng Marianne's Oord di Pontianak (Benteng ini sering disebut juga Benteng du Bus).
- Syarif Usman Alqadrie (1819-1855 M) pada masa pemerintahannya ia meneruskan pembangunan Masjid Jami dan memulai pembangunan Istana Kadriah pada tahun 1855.
- Syarif Hamid Alqadrie (1855-1872 M) pada masa pemerintahannya wilayah Kerajaan Pontianak menjadi berkurang. Bagian Barat Sungai Kapuas sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan Belanda diperluas. Hal tersebut merupakan upaya Belanda untuk mengecilkan peran sultan.
- Syarif Yusuf Alqadrie (1872-1895 M) ia lebih dikenal sebagai penyebar agama Islam daripada sebagai raja.
- Syarif Muhammad Alqadrie (1895-1944 M) pada masa pemerintahannya terjadi perubahan yang sangat mendasar yaitu dihapuskannya syariat Islam dan diganti dengan hukum pidana dan perdata. Perubahan tersebut merupakan hasil campur tangan Belanda terhadap urusan kerajaan. Pakaian kebesaran Eropa mulai diresmikan di samping pakaian Melayu. Kekuasaan Syarif Muhammad merupakan peralihan dari kekuasaan Belanda kepada Jepang. Pada masa pemerintahan Syarif Muhammad terjadi peristiwa Mandor, yaitu Syarif Muhammad dituduh bersekutu dengan Belanda dan dijatuhi hukuman mati beserta dengan kerabat dan tokoh masyarakat Pontianak. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal. 28 Juni 1944.
Demikian artikel tentang sejarah kerajaan Islam di Kalimantan ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.