Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Ditulis pada: 4/05/2016
Islam merupakan agama yang sempurna, agama yang dibawakan oleh Nabi Muhammad saw. melalui wahyu-wahyu Allah yang disampaikan Malaikat Jibril. Dari daerah Arab, Islam menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Untuk mengetahuinya mari kita simak pembahasan mengenai Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia dengan saksama!
Dalam perkembangan selanjutnya, Islam menempati posisi penting dalam peraturan sosial ekonomi dan sekaligus peraturan politik. Kekuatan sosial politik itu semakin mantap ketika lahirnya lembaga-lembaga politik, seperti kerajaan-kerajaan Islam. Di antara kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia adalah:
Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Beliau lahir di Campa Aceh pada tahun 1401. Beliau adalah putra pasangan Maulana Malik Ibrahim dan Candrawulan. Sunan Ampel menyiarkan agama Islam di Ampel dan Surabaya, beliau wafat di Surabaya pada tahun 1481 M dan dimakamkan di Ampel.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) putra Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Sunan Bonang Lahir di Surabaya pada tahun 1465. Beliau menyiarkan agama Islam yang berpusat di Kota Tuban. Sunan Bonang Wafat dan dimakamkan di Tuban pada tahun 1525 M.
Sunan Giri. Beliau lahir pada pertengahan abad ke-15 dengan nama asli Raden Paku. Ia adalah putra Maulana Ishak dan dikenal dengan panggilan Raden Ainul Yaqin. Beliau belajar agama Islam di Malaka selama 3 tahun. Kemudidan pulang ke Jawa dan menyiarkan agama Islam yang berpusat di puncak Bukit Tinggi (dekat Gresik).
Sunan Drajat. Beliau lahir di Ampel Surabaya pada tahun 1407 dengan nama asli Raden Qasim atau Syarifuddin. Ia juga merupakan Sunan Ampel. Beliau menyebarkan agama Islam di Sedayu, Jawa Timur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah Sunan Drajat adalah perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial.
Sunan Kalijaga. Beliau dilahirkan pada akhir abad ke-14 dengan nama Raden Mas Syahid. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta yang menjadi bupati Tuban, sedangkan ibunya bernama Nawang Rum. Sunan Kalijaga menyiarkan agama Islam yang berpusat di Demak, Beliau wafat di Demak dan dimakamkan di Kadilangu.
Sunan Kudus. Nama asli beliau adalah Jakfar Shadiq. Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Ia mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadis, tafsir, dan logika.
Sunan Muria. Beliau adalah putra Sunan Kalijaga. Nama aslinya adalah Umar Sa'id, sedangkan nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Sunan Muria memusatkan dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah utara Kota Kudus. Beliau wafat di kudus dan dimakamkan di Gunung Muria.
Sunan Gunung Jati (Fatahillah). Beliau lahir di Mekah pada tahun 1448. Beliau adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Beliau menyebarkan agama Islam di Cirebon, dan Banten, sebagai dasar penyebaran Islam di Banten. Sunan Gunung Jati wafat di Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.
1. Masuknya Islam ke Indonesia
Mengenai kapan sebenarnya agama Islam masuk ke Indonesia, perlu kita lihat beberapa pendapat para ahli yang berbicara mengenai hal tersebut, di antaranya adalah.
Agama Islam telah masuk ke wilayah Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke tujuh Masehi, yang dibawa oleh para saudagar Arab yang berdagang di Tiongkok. Dari tanah Arab, para saudagar itu menuju Tiongkok melalui Jalur Arab-Malabar-Nicobar-Kamboja-Aceh (Pasai di Aceh Utara dan Perlak di Aceh Timur)-Malaya-Kamboja-Daratan Tiongkok.
Pendapat ini dikuatkan dengan pernyataan bahwa pada abad ke-2 H di Tiongkok telah terdapat gudang-gudang barang ekspor dan impor milik orang-orang Islam. Gudang ini terletak di pantai Tiongkok.
Bahwa Agama Islam secara resmi masuk ke Indonesia di wilayah Sumatra, yaitu daerah Aceh pada pertengahan abad ke-7 H atau ke-12 M. Hal ini dapat dibuktikan melalui kedatangan seorang mubalig bernama Abdullah Arief tahun 1151 M ke wilayah Aceh, yang menyebarkan agama Islam. Kemudian pada tahun 1205 M tercatat sebuah nama penguasa muslim raja Johan Syah yang menguasai wilayah sampai ke Semenanjung Melayu.
Berdasarkan hasil Seminar Nasional Masuknya Islam ke Indonesia yang diadakan di Medan tahun 1963 M, para ahli menyimpulkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-I atau VII M dan langsung dari tanah Arab. Daerah yang pertama kali disinggahi adalah pesisir Sumatra. Agama Islam tersebut disebarkan oleh para saudagar muslim yang juga bertindak sebagai mubalig dan dilakukan dengan cara damai.
Drs. Juned Pariduri. Berdasarkan penyelidikannya terhadap sebuah makam Syaikh Mukaiddin di Tapanuli, makam tersebut berangka tahun 48 Hijriah (tahun 670 M). Beliau berkesimpulan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 (tahun 670 M).
Dr. Hamka. Beliau berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 (tahun 674 M). Raja Ta-Cheh mengirim utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi berisi emas di tengah-tengah jalan dengan maksud untuk menguji kejujuran, keamanan, dan kemakmuran negeri itu. Menurut Dr. Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
Zainal Arifin Abbas. Berliau berpendapat bahwa agama islam masuk di Sumatra Utara pada abad ke-7 (tahun 648 M). Pada waktu itu telah datang di Tiongkok seorang pemimpin Arab Islam dan telah mempunyai pengikut Islam di Sumatra utara.
Sejarah Dinasti Yuan (1280 sampai 1376 M) yang melaporkan adanya pertemuan duta Cina dengan dua menteri dari Kerajaan Samudera Pasai, yaitu Hasan dan Sulaiman. Pertempuran tersebut terjadi di Quilon. Pertemuan ini menjadi pertanda bahwa Kerajaan Islam Pasai beragama Islam.
Laporan Marcopolo, seorang Pelancong dari Venesia (Itali), pada tahun 1292 M. Marcopolo bertahan selama lima bulan di Samudera Pasai yang penduduknya sudah beragama Islam. Hal tersebut berarti agama Islam sudah dipeluk oleh masyarakat Pasai sebelum tahun 1292 M.
Yin Yai Sheng atau laporan umum tentang pantai-pantai lautan yang merupakan laporan yang ditulis oleh seorang Cina Muslim bernama Mas Huan yang diterbitkan pada tahun 1416 M.
Agama Islam telah masuk ke wilayah Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke tujuh Masehi, yang dibawa oleh para saudagar Arab yang berdagang di Tiongkok. Dari tanah Arab, para saudagar itu menuju Tiongkok melalui Jalur Arab-Malabar-Nicobar-Kamboja-Aceh (Pasai di Aceh Utara dan Perlak di Aceh Timur)-Malaya-Kamboja-Daratan Tiongkok.
Pendapat ini dikuatkan dengan pernyataan bahwa pada abad ke-2 H di Tiongkok telah terdapat gudang-gudang barang ekspor dan impor milik orang-orang Islam. Gudang ini terletak di pantai Tiongkok.
Bahwa Agama Islam secara resmi masuk ke Indonesia di wilayah Sumatra, yaitu daerah Aceh pada pertengahan abad ke-7 H atau ke-12 M. Hal ini dapat dibuktikan melalui kedatangan seorang mubalig bernama Abdullah Arief tahun 1151 M ke wilayah Aceh, yang menyebarkan agama Islam. Kemudian pada tahun 1205 M tercatat sebuah nama penguasa muslim raja Johan Syah yang menguasai wilayah sampai ke Semenanjung Melayu.
Berdasarkan hasil Seminar Nasional Masuknya Islam ke Indonesia yang diadakan di Medan tahun 1963 M, para ahli menyimpulkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-I atau VII M dan langsung dari tanah Arab. Daerah yang pertama kali disinggahi adalah pesisir Sumatra. Agama Islam tersebut disebarkan oleh para saudagar muslim yang juga bertindak sebagai mubalig dan dilakukan dengan cara damai.
Drs. Juned Pariduri. Berdasarkan penyelidikannya terhadap sebuah makam Syaikh Mukaiddin di Tapanuli, makam tersebut berangka tahun 48 Hijriah (tahun 670 M). Beliau berkesimpulan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 (tahun 670 M).
Dr. Hamka. Beliau berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 (tahun 674 M). Raja Ta-Cheh mengirim utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi berisi emas di tengah-tengah jalan dengan maksud untuk menguji kejujuran, keamanan, dan kemakmuran negeri itu. Menurut Dr. Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
Zainal Arifin Abbas. Berliau berpendapat bahwa agama islam masuk di Sumatra Utara pada abad ke-7 (tahun 648 M). Pada waktu itu telah datang di Tiongkok seorang pemimpin Arab Islam dan telah mempunyai pengikut Islam di Sumatra utara.
Sejarah Dinasti Yuan (1280 sampai 1376 M) yang melaporkan adanya pertemuan duta Cina dengan dua menteri dari Kerajaan Samudera Pasai, yaitu Hasan dan Sulaiman. Pertempuran tersebut terjadi di Quilon. Pertemuan ini menjadi pertanda bahwa Kerajaan Islam Pasai beragama Islam.
Laporan Marcopolo, seorang Pelancong dari Venesia (Itali), pada tahun 1292 M. Marcopolo bertahan selama lima bulan di Samudera Pasai yang penduduknya sudah beragama Islam. Hal tersebut berarti agama Islam sudah dipeluk oleh masyarakat Pasai sebelum tahun 1292 M.
Yin Yai Sheng atau laporan umum tentang pantai-pantai lautan yang merupakan laporan yang ditulis oleh seorang Cina Muslim bernama Mas Huan yang diterbitkan pada tahun 1416 M.
Dalam perkembangan selanjutnya, Islam menempati posisi penting dalam peraturan sosial ekonomi dan sekaligus peraturan politik. Kekuatan sosial politik itu semakin mantap ketika lahirnya lembaga-lembaga politik, seperti kerajaan-kerajaan Islam. Di antara kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia adalah:
- Kerajaan Islam Samudra Pasai (abad ke-13 sampai 1524 M).
- Kerajaan Islam Aceh Darussalam (abad ke-15 sampai abad ke18).
- Kerajaan Islam Demak.
- Kerajaan Islam Pajang.
- Kerajaan Islam Mataram.
- Kerajaan Islam Cirebon.
- Kerajaan Islam Banten.
- Kerajaan Islam di Kalimantan.
Image: masbidin.net |
2. Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku.
a. Perkembangan Islam di Sumatra
Islam masuk ke Sumatra dengan jalan damai yang dilakukan oleh para mubalig. Mereka melangsungkan perkawinan dengan para penduduk setempat, sehingga Islam berkembang turun-temurun dan dapat membentuk kerajaan yang bercorak Islam.
Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai. Dari catatan Dinasti Yuan, bahwa Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1280 sampai 1376 sudah memeluk ajaran agama Islam.
Bukti lain yang mendukung hal ini adalah ditemukannya makan Sultan Malik as-Saleh yang merupakan raja Kerajaan Samudera Pasai. Pada batu nisannya terdapat tulisan-tulisan Arab.
Dengan demikian, sebelum tahun 1297 M beliau dipastikan sudah menganut agama Islam. Bukti lain tentang masuknya agama Islam ke Sumatra adalah ditemukannya pemakaman Islam Kuno di Desa Pananggahan, Kecamatan Barus, Kabupaten Sibolga, Sumatra Utara.
b. Perkembangan Islam di Jawa
Agama Islam masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Sima tahun 674 M. Sedangkan masuknya Islam ke Jawa Timur terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 1082 M di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik dan ditemukannya prasasti di makam Malik Ibrahim dari Ksyan yang wafat pada tahun 1419 M.
Masuknya Islam ke Jawa Barat disiarkan oleh Haji Purba pada pemerintahan Prabu Mundingsari pada tahun 1190 M. Perkembangan Islam di Jawa tidak dapat lepas dari peranan walisanga yang begitu gigih menyiarkan agama Islam.
Para wali yang termasuk dalam walisanga adalah sebagai berikut.
Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Beliau lahir di Campa Aceh pada tahun 1401. Beliau adalah putra pasangan Maulana Malik Ibrahim dan Candrawulan. Sunan Ampel menyiarkan agama Islam di Ampel dan Surabaya, beliau wafat di Surabaya pada tahun 1481 M dan dimakamkan di Ampel.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) putra Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Sunan Bonang Lahir di Surabaya pada tahun 1465. Beliau menyiarkan agama Islam yang berpusat di Kota Tuban. Sunan Bonang Wafat dan dimakamkan di Tuban pada tahun 1525 M.
Sunan Giri. Beliau lahir pada pertengahan abad ke-15 dengan nama asli Raden Paku. Ia adalah putra Maulana Ishak dan dikenal dengan panggilan Raden Ainul Yaqin. Beliau belajar agama Islam di Malaka selama 3 tahun. Kemudidan pulang ke Jawa dan menyiarkan agama Islam yang berpusat di puncak Bukit Tinggi (dekat Gresik).
Ia juga mengirim juru dakwah terdidik ke berbagai daerah di Pulau Jawa, seperti Madura, Bawean, Kangean, Ternate, dan Tidore. Sunan Giri terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis. Ia mendidik anak-anak melalui berbagai permainan yang berjiwa agama, seperti jelungan, gendi, ferit, jor gulo, cublak-cublak suweng, dan ilir-ilir. Sunan Giri wafat dan dimakamkan di Giri, Gresik pada tahun 1506.
Sunan Drajat. Beliau lahir di Ampel Surabaya pada tahun 1407 dengan nama asli Raden Qasim atau Syarifuddin. Ia juga merupakan Sunan Ampel. Beliau menyebarkan agama Islam di Sedayu, Jawa Timur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah Sunan Drajat adalah perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial.
Dakwahnya selalu berorientasi pada kegotongroyongan. Ia selalu menekankan bahwa memberi pertolongan kepada masyarakat umum, menyantuni anak yatim, dan fakir miskin merupakan suatu amalan yang diperintahkan agama Islam. Sunan Drajat wafat di Sedayu, Gresik pada pertengahan abad ke-16.
Sunan Kalijaga. Beliau dilahirkan pada akhir abad ke-14 dengan nama Raden Mas Syahid. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta yang menjadi bupati Tuban, sedangkan ibunya bernama Nawang Rum. Sunan Kalijaga menyiarkan agama Islam yang berpusat di Demak, Beliau wafat di Demak dan dimakamkan di Kadilangu.
Sunan Kudus. Nama asli beliau adalah Jakfar Shadiq. Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Ia mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadis, tafsir, dan logika.
Oleh karena itu diantara wali sanga yang lain, ia mendapat julukan waliyyul 'ilmi atau orang yang kuat ilmunya. Sunan kudus juga melakukan dakwah dengan pendekatan kultural.
Beliau menciptakan berbagai cerita agama termasuk gending ynag terkenal, yaitu gending Maskumambang dan Mijil. Beliau wafat dan dimakamkan di Kudus.
Sunan Muria. Beliau adalah putra Sunan Kalijaga. Nama aslinya adalah Umar Sa'id, sedangkan nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Sunan Muria memusatkan dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah utara Kota Kudus. Beliau wafat di kudus dan dimakamkan di Gunung Muria.
Sunan Gunung Jati (Fatahillah). Beliau lahir di Mekah pada tahun 1448. Beliau adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Beliau menyebarkan agama Islam di Cirebon, dan Banten, sebagai dasar penyebaran Islam di Banten. Sunan Gunung Jati wafat di Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.
c. Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya Islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena Sunan Giri mendirikan pesantren yang banyak di datangi oleh santri dari luar Jawa, seperti Ternate dan Hitu. Disamping itu beliau mengirimkan murid-murid ke Madura, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Adapun yang menyebarkan agama Islam di Sulawesi adalah Datuk Ribandang dan Datuk Sulaiman. Daerah pelopor pengembangan agama Islam adalah Gowa dan Tallo (dua kerajaan di Sulawesi Selatan).
Kedua kerajaan itu kemudian bergabung menjadi Makasar. Raja Gowa menjadi Raja Makasar kemudian bergelar Sultan Alaudin. Sedangkan Raja Tallo menjadi Mangkubumi dengan gelar Sultan Abdullah.
Bukti bahwa agama Islam masuk ke Sulawesi adalah ditemukannya sebuah naskah yang bernama Lontara Bilang, yaitu buku harian tentang Raja Gowa dan Tallo, sejak tahun 1545 M. Dalam naskah tersebut dicatat peristiwa pengislaman di Sulawesi Selatan, seperti:
- Tanggal 22 September 1603 M, Karaeng Matoaya, raja keempat dari Tallo masuk Islam dan bergelar Sultan Alauddin.
- Tanggal 9 November 1607 M Kerajaan Makasar diproklamasikan sebagai kesultanan Islam.
- Tanggal 23 November 1611 M Kerajaan Bone dan Kerajaan Wajo juga masuk Islam.
Adapun masuknya agama Islam ke Sulawesi melalui dua cara berikut ini:
- Cara Tidak Resmi
Cara tidak resmi ini terjadi pada saat penduduk sempat berdagang keluar dan berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim di luar Sulawesi. Mereka mengenal dan memeluk agama Islam karena adanya interaksi tersebut.
- Cara Resmi
Penerimaan Islam secara resmi dilakukan oleh raja Gowa dan Tallo yang pertama, yaitu Sultan Alauddin yang telah masuk Islam. Penerimaan itu terjadi pada tahun 1605. Hal itu ditandai dengan kedatangan tiga orang datuk yang berasal dari Kota Tengah Minangkabau.
Selain itu, terjadi konversi ke dalam Islam secara besar-besar yang ditandai dengan keluarnya dekret oleh Sultan Alaudin pada tahun 1607. Dekret tersebut menyatakan bahwa Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi Islam sebagai agama kerajaannya.
Raja-raja Gowa dan Tallo yang memeluk agama Islam adalah sebagai berikut.
- Sultan Alaudin (1593-1639).
- Sultan Malikussaid (1639-1653).
- Sultan Hasanuddin (1653-1669).
- Sultan Amir Hamzah (1669-1674).
- Sultan Karaeng Bisai (1674-1677).
- Sultan Abdul Jalil (1677-1709).
- Sultan Ismail (1709-1711).
- Sultan Sirajudin (1711-1713).
- Sultan Najmudin (1713).
- Sultan Abdul Chair (1713-1735)
- Sultan Abdul Kudus (1742-1753).
d. Perkembangan Islam di Kalimantan
Islam masuk ke wilayah Pontianak disiarkan oleh bangsawan Arab yang bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad XVIII M. Sultan Syarif Abdurrahman pada akhirnya menjadi pengusaha Pontianak.
Di Desa Mulyakerta ditemukan pemakaman Islam kuno. Di antara makam tersebut ada tujuh pasang batu nisan yang dipahat dengan angka tahun Jawa Kuno. Bentuk batu nisan tersebut sama dengan batu nisan Majapahit. Angka tahun yang tertua di nisan tersebut adalah 1340 saka (1418 M) dan angka tahun 1363 saka (1441 M).
Dengan ditemukannya angka tahun Jawa Kuno tersebut dipastikan sebelum tahun 1418 M agama Islam sudah ada di Desa Mulyakerta. Adapun agama Islam masuk ke Kalimantan Barat pada abad XV M dibawa oleh ulama-ulama dari Majapahit (Jawa).
Di Kalimantan Tengah ada da kabupaten, yaitu Kabupaten KotaWaringin Barat yang berbibu kota Pangkalan Bun dan Kotawaringin Timur dengan ibu kota Sampit. Islam masuk ke Kotawaringin disebarkan oleh Ki Gede abad XVIII M, yaitu seorang ulama pengikut Pangeran Dipati Anata Kusuma dari Kesultanan Banjarmasin.
Dia mendirikan masjid yang bernama Ki Gede yang sampai sekarang masih ada. Dalam masjid tersebut terdapat beduk yang terbuat dari kayu besi dengan ukuran diameter 52 cm dan panjang 162 cm. Dari Kotawaringin, agama Islam berkembang ke timur sampai wilayah Sampit.
3. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan dapat dilihat dari Islamisasi di Kerajaan Banjar yang bersifat politis dan resmi. Artinya, Islamisasi tersebut dimulai dari pemimpin atau raja terlebih dahulu kemudian penduduknya.
Proses Islamisasi Kalimantan Selatan terjadi ketika pecah perang saudara antara raja dan putra mahkota Kerajaan Banjarmasin yang dipimpin oleh raja Tumenggung yang memerintah sangat kejam.
Kerajaan tersebut bercorak Hindu. Kemudian kemenakannya (Pangeran Samudera) yang tidak suka dengan kekejaman tersebut memberontak dan minta bantuan dari Sultan Demak di Jawa Tengah. Sultan Demak bersedia membantu dengan syarat Pangeran Samudra dan pengikutnya harus masuk Islam.
Hal tersebut telah disetujui oleh Pangeran Samudera. Pada peperangan tersebut, akhirnya Raja Tumenggung dapat dikalahkan oleh Pangeran Samudera. Akhirnya Pangeran Samudera diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Suriansyah yang memerintah dari tahun 1595 sampai 1620 M.
4. Kalimantan Timur
4. Kalimantan Timur
Agama Islam masuk Kerajaan Kutai melalui Makassar yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Haji Tunggangparang.
e. Perkembangan Islam di Maluku
Islam masuk ke Maluku di mulai dari bagian Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Pada abad VIII M datang mubalig Irak dari golongan Syi'ah yang mengikuti ajaran Sayyidina Ali. Sumber lain mengatakan Islam datang ke Maluku dibawa oleh Ja'far Siddiq, yaitu seorang ulama Jawa yang datang ke Ternate pada tahun 1250 M.
Dari catatan Antonio Govalo, seorang perwira Portugis datang ke Ternate, diketahui bahwa agama Islam masuk ke Ternate sekitar tahun 1460 M. Pembawanya adalah pedagang dari Malaka.
Hikmah dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Manfaat atau hikmah yang dapat kita ambil dari kajian tentang perkembangan Islam di Indonesia antara lain:
- Keberadaan umat Islam yang begitu lama (kurang lebih 7 abad) di Indonesia harus lebih mempertahankan Islam di bumi Nusantara ini. Jangan sampai Islam yang sudah mengakar di Indonesia hilang sedikit demi sedikit.
- Warisan dan budaya Islam yang sudah lama mengakar di Indonesia memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk terus mengembangkan dan memperjuangkan eksistensi Islam di Indonesia.