Skip to main content

Nilai-Nilai yang Terkandung pada Karya Musik Nusantara

Musik Nusantara juga mengandung nilai-nilai tertentu yang dapat kita ambil dari segi positifnya, diantaranya musik kotekan lesung, keroncong, dangdut, dan musik perjuangan. Berikut ini ulasan lengkapnya.

1. Musik Kotekan Lesung

Nilai yang Terkandung pada Karya Musik Nusantara

Musik kotekan lesung merupakan bagian dari musik tradisi daerah. Dengan demikian, musik kotekan lesung ini juga merupakan bagian dari musik Nusantara. Musik ini merupakan musik yang bersifat ritmis.

Kata kotekan berasal dari bunyi yang ditimbulkan oleh pukulan antan dengan lesung (tempat menumbuk padi). Bunyi kotekan merupakan variasi ritme, yang biasanya berasal dari lagu-lagu yang memiliki birama 4/4.

Keindahan musik ini terdapat pada variasi iramanya yang harmonis. Musik ini dimainkan dengan cara menumbukkan antan ke lesung secara bersahut-sahutan dan saling mengisi, sehingga terciptalah irama yang harmonis.

Musik kotekan lesung biasanya dimainkan oleh beberapa wanita yang berdiri berhadap-hadapan mengelilingi lesung, jumlah pemain pada musik kotekan lesung terdiri atas lima hingga sepuluh orang.

Musik ini pada umumnya dimainkan pada saat gerhana bulan, malam bulan purnama, setelah panen, dan pada acara hajatan. Pada zaman dahulu, masyarakat masih percaya pada hal-hal mistis.

Sebagai contoh, peristiwa gerhana bulan dikaitkan dengan keberadaan raksasa yang konon memakan bulan tersebut. Oleh karena itu masyarakat memainkan kotekan lesung untuk mengusir raksasa tersebut.

Begitu pula setelah panen. Masyarakat sangat percaya bahwa bumi memiliki roh. Ketika hasil panen melimpah, mereka bersyukur kepada ibu pertiwi yang berkenan memberikan kemakmuran bagi masyarakat dengan cara memainkan kotekan lesung. Selain itu, permainan musik tradisional ini ternyata juga mampu mempererat kegotongroyongan para petani pada masa lalu.

Musik kotekan lesung tidak hanya berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal mistis. Musik ini juga berfungsi sebagai hiburan, misalnya pada malam bulan purnama dan pada saat seorang warga mengadakan hajatan, seperti pernikahan atau khitanan.

2. Keroncong

a. Asal Nama Keroncong

Menurut para ahli musik, asal nama keroncong kurang begitu jelas. Ada pendapat yang mengatakan bahwa nama keroncong berasal dari terjemahan bunyi alat musik yang berupa semacam gitar kecil dari Polinesia (ukulele) yang berdawai lima. Pada masa selanjutnya, alat musik ini dapat dibuat sendiri oleh orang-orang keturunan Portugis yang tinggal di wilayah Kampung Tugu.

Bunyi alat musik ukulele yang dimainkan secara arpeggio (dalam bahasa spanyol disebut rasquedo) akan menimbulkan bunyi "crong, crong, crong", sehingga dari sana muncullah istilah keroncong.

b. Ciri Khas Musik Keroncong

Musik keroncong memiliki kekhasan dibandingkan dengan jenis-jenis musik Nusantara lainnya. Ciri khas musik keroncong terdapat pada bentuk, ritme, alat musik yang digunakan, dan pembawaan vokal.

1. Bentuk

Musik Keroncong sudah mengalami banyak perkembangan. Perkembangan ini memunculkan beberapa bentuk musik keroncong, antara lain keroncong asli, langgam, stambul, dan lagu ekstra. Bentuk-bentuk musik keroncong tersebut memiliki ciri masing-masing.

2. Ritme

Dalam musik keroncong alat-alat musik yang berperan sebagai pengiring dan pemegang ritmis adalah ukulele, banyo, selo, dan bas.

3. Alat Musik

Pada umumnya terdapat tujuh macam alat musik yang dimainkan dalam sebuah permainan musik keroncong. Ketujuh alat musik tersebut, yaitu biola, flute, gitar, ukulele, banyo, selo, dan bas.

Alat-alat musik tersebut memiliki peranan masing-masing, biola dan flute berperan sebagai pemegang melodi. Sementara itu, gitar, ukulele, banyo, selo, dan bas berperan sebagai alat musik pengiring.

Jika ketujuh macam alat musik tersebut dijumpai dalam sebuah permainan musik keroncong maka permainan musik keroncong tersebut sudah dapat dikatakan lengkap.

4. Pembawaan Vokal

Dalam membawakan sebuah lagu keroncong, seorang penyanyi keroncong dituntut untuk dapat dapat membawakan cengkok dan gregel. Cengkok adalah segala bentuk nada hias yang mengisi, memperindah, dan menghidupkan kalimat lagu.

Jadi, cengkok dapat pula dikatakan sebagai improvisasi dalam musik keroncong. Adapun gregel adalah naga nada hias yang bergerak cepat.

Selain harus mampu memperindah lagu dengan cengkok dan gregel, seorang penyanyi musik keroncong juga harus mampu membawakan lagu dengan dinamik yang tepat.

3. Musik Dangdut

Pada zaman dahulu, lagu dangdut dianggap sebagai lagu rakyat jelata. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, lagu ini sekarang sudah dapat diterima oleh masyarakat menengah ke atas. Dunia industri musik dangdut pun sekarang berkembang dengan pesat.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kaset-kaset dan CD lagu dangdut yang cukup laris di pasaran. Bahkan beberapa stasiun televisi mengadakan pencarian bibit penyanyi dangdut yang berbakat dan berkualitas.

Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik gendang dan ketipung yang berbunyi "ndut". Selain itu, lagu dangdut mempunyai irama yang ringan, sehingga mendorong penyanyi dan pendengarnya untuk menggerakkan badan.

Kalian tentu mengenal penyanyi dangdut senior Rhoma Irama. Beliau menggunakan musik dangdut untuk berdakwah. Ia dijuluki sebagai "Raja Dangdut".

4. Musik Perjuangan

Pada umumnya musik-musik perjuangan lahir pada masa penjajahan. Musik ini diciptakan dengan tujuan untuk mengobarkan semangat perjuangan melawan penjajah dan menanamkan rasa cinta tanah air.

Pada masa perjuangan, musik dianggap sebagai sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan perjuangan karena sanggup menyentuh berbagai kalangan, mulai dari rakyat jelata hingga para pejabat tinggi negara.

Oleh karena semangat perjuangan dan cinta tanah air yang terkandung di dalamnya, musik-musik perjuangan kemudian dibakukan menjadi lagu-lagu wajib, yaitu lagu-lagu yang wajib dipelajari dan dihayati maksud serta tujuan yang terdapat di dalamnya.

Keindahan musik-musik perjuangan terletak pada iramanya yang penuh semangat (bergaya marcato) dan tidak jarang diakhiri dengan melodi akhir (ending) yang semmarak.

Dalam memainkan musik-musik perjuangan ketepatan dalam memainkan tempo harus diperhatikan. Musik dengan gaya marcato seperti musik perjuangan biasanya dimainkan dengan tempo cepat. Beberapa lagu perjuangan Indonesia antara lain Halo-Halo Bandung, Maju Tak Gentar, dan lain-lain.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar