Teori-Teori Perubahan Sosial, Lengkap!
Ditulis pada: 2/14/2016
Perubahan sosial merupakan suatu hal yang wajar dan akan terus berlangsung sepanjang manusia berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur dalam kehidupan masyarakat, baik yang bersifat materiil maupun immateril.
Para Sosiolog berpendapat bahwa perubahan sosial adalah kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Kondisi yang dimaksud antara lain kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, ataupun biologis. kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek kehidupan sosial lainnya.
Beberapa teori yang menjelaskan sebab-sebab terjadinya perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
1. Teori-Teori Klasik
Perspektif klasik mengenai perubahan sosial diwakili oleh beberapa teori, diantaranya.
a. Teori Linear
Menurut teori ini, perkembangan masyarakat selalu mengikuti suatu pola yang pasti. Salah satu tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang teori linear ialah Auguste Comte (1798-1857). Menurut Comte, kemajuan progresif perubahan manusia mengikuti suatu jalan yang alami, sama dan tak terelakkan (unilinear).
Pemikiran unilinear dapat dicermati juga dalam karya Herbert Spencer (1982). Ia mengemukakan bahwa struktur sosial berkembang secara evolusioner, dari struktur yang homogen menjadi heterogen.
Misalnya, suku yang sederhana bergerak maju secara evolusioner bergerak ke arah yang lebih besar, kemajemukan dan kepastian hingga terwujudlah suatu bangsa yang beradab.
Misalnya, suku yang sederhana bergerak maju secara evolusioner bergerak ke arah yang lebih besar, kemajemukan dan kepastian hingga terwujudlah suatu bangsa yang beradab.
Comte dan Spencer berbicara mengenai perubahan yang senantiasa menuju ke arah kemajuan, namun ada pula pandangan unilinear yang cendrung mengangungkan masa lampau, serta melihat bahwa masyarakat justru berkembang ke arah kemunduran. pandangan ini disebut primitivisme dan dikemukakan oleh Wilbert E. Moore (1963).
b. Teori Siklus
Menurut teori siklus, masyarakat berkembang seperti roda, kadang naik dan kadang turun. dalam buku The Decline of The West (1926), Oswald Spengler mengemukakan pandangan nya yaitu kebudayaan tumbuh, berkembang, dan memudar seperti perjalanan gelombang yang muncul mendadak, berkembang, kemudian lenyap.
Sebagai contoh, Spengler mengacu pada kebudayaan-kebudayaan besar yang kini telah hilang, seperti Yunani, Romawi, dan Mesir.
Selain Spengler, pandangan tentang teori siklus juga dikemukakan oleh Vilfredo Pareto. Dalam tulisannya mengenai sirkulasi kaum elit, Pareto mengemukakan bahwa tiap masyarakat tersusun atas lapisan bawah (nonelit) dan lapisan atas (elit).
Menurut pareto, aristokrasi atau pemerintah akan senantiasa mengalami transformasi. Suatu aristokrasi hanya dapat bertahan untuk waktu tertentu saja, sebelum akhirnya di ganti oleh aristokrasi baru yang berasal dari lapisan bawah. Hal ini akan berlangsung secara berkelanjutan.
Sebagai contoh, Spengler mengacu pada kebudayaan-kebudayaan besar yang kini telah hilang, seperti Yunani, Romawi, dan Mesir.
Selain Spengler, pandangan tentang teori siklus juga dikemukakan oleh Vilfredo Pareto. Dalam tulisannya mengenai sirkulasi kaum elit, Pareto mengemukakan bahwa tiap masyarakat tersusun atas lapisan bawah (nonelit) dan lapisan atas (elit).
Menurut pareto, aristokrasi atau pemerintah akan senantiasa mengalami transformasi. Suatu aristokrasi hanya dapat bertahan untuk waktu tertentu saja, sebelum akhirnya di ganti oleh aristokrasi baru yang berasal dari lapisan bawah. Hal ini akan berlangsung secara berkelanjutan.
2. Teori-Teori Modern
Adapun pandangan modern mengenai perubahan sosial dapat dibagi atas.
a. Teori Modernisasi
Teori Modernisasi lahir sebagai bentuk peristiwa penting dunia setelah Perang Dunia II, yakni :
- Munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia.
- Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi perluasan gerakan komunis sedunia.
- Lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yang sebelumnya merupakan daerah-daerah jajahan Eropa.
Asumsi umum teori ini adalah bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara industri maju di Barat, sehingga akan menjadi negara berkembang melalui proses modernisasi.
Teori ini berpandangan bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya, sehingga dapat mencapai tahap tinggal landas (take off) melalui lima tahap pembangunan ekonomi.
Tahap pembangunan tersebut mulai dari tahap masyarakat tradisional dan berakhir pada tahap masyarakat komunis massa tinggi. Asumsi tersebut dikemukakan oleh W.W Rostow.
Teori ini berpandangan bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya, sehingga dapat mencapai tahap tinggal landas (take off) melalui lima tahap pembangunan ekonomi.
Tahap pembangunan tersebut mulai dari tahap masyarakat tradisional dan berakhir pada tahap masyarakat komunis massa tinggi. Asumsi tersebut dikemukakan oleh W.W Rostow.
b. Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan (dependencia) sering juga disebut dengan teori keterbelakangan (underdevelopment). Teori ini berasumsi bahwa pembangunan adakalanya menimbulkan ketergantungan.
c. Teori Sistem Dunia
Menurut teori yang dirumuskan Immanuel Wallerstein, perekonomian kapitalis dunia telah mambawa pada perubahan dimana dunia kini tersusun atas tiga bagian, yaitu :
- Negara-Negara Inti. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat yang sejak abad ke-16 mengawali proses industrialisasi dan berkembang pesat.
- Negara-Negara Semi Periferi. Negara-negara di Eropa selatan menjalin hubungan dengan negara-negara inti dan secara ekonomis kurang berkembang.
- Negara-Negara Periferi. Wilayah ini meliputi kawasan Asia dan Afrika yang masih berkembang.
Nah itulah pembahasan mengenai Teori-Teori Perubahan Sosial yang bisa saya bahas. Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk teman-teman dan bisa membantu teman-teman untuk belajar tentang teori perubahan sosial.